Posts Tagged 'Matt Damon'

Good Will Hunting

GWH

Genres: Drama
Starring: Matt Damon, Robin Williams, Ben Affleck, Minnie Driver, Stellan Skarsgard
Directed by: Gus Van Sant
Produced by: Su Armstrong, Bob Weinstein, Harvey Weinstein

Udah sekitar satu minggu yang lalu aku nonton film ini. Yeah, telat banget review-nya.

Pertama-tama, film ini tidak mudah untuk dituliskan, karena mengandung banyak sekali pelajaran berharga yang dapat kamu ambil. Beda banget ama film Hollywood lainnya yang cuma gitu-gitu aja. Itulah salah satu alasan knapa nulisnya butuh waktu lama untuk memulai, karena slama satu minggu ini, kepalaku masih penuh dengan adegan-adegan yang terbayang. Begitu mendalam.

Matt Damon berperan sebagai Will Hunting, seorang BERANDALAN pengangguran yang punya otak Einstein. Ditemani Ben Affleck sebagai Chuckie, mereka berdua kompak banget melakonkan dua sahabat yang tumbuh di lingkungan jalanan.

Jadi gini, Will kerja sebagai tukang sapu di universitas ternama, dan suatu ketika ia berhasil memecahkan teori matematika salah satu profesor dua kali berturut-turut. Profesor itu namanya Gerald Lambeau, dan ia sangat tertarik dengan bakat Will.

Will Hunting
“I’m damn smart!”

Prof. Lambeau adalah seorang genius matematika yang meraih penghargaan Field (semacam Nobel). Dia merasa bahwa Will bukan anak biasa, jadi dia bersikeras untuk mengarahkan Will jadi anak yang lebih “beradab”. Ia tahu bahwa Wil sedang terjerat masalah hukum karena tawuran, dan dia berhasil membebaskannya secara bersyarat demi tujuannya itu.

Syarat bagi WIll untuk bebas: 1) Laporan setiap hari ke Lambeau, dan memecahkan teori-teori matematika lainnya, dan 2) Secara rutin menemui terapis. Will setuju untuk syarat pertama, tapi untuk yang kedua…. Uh huh…

Berbagai terapis nggak mempan sama Will. DIa terus saja berhasil bikin kacau. Karena itu Lambeau mengundang teman lamanya, Sean (Robin Williams), untuk menangani Will.

Sebenarnya yang diinginkan Prof. Lambeau cuma satu: Will menjadi “waras” dan bekerja lalu mendapatkan apa yang sesuai dengan bakatnya. Bagaimanapun, masalah dengan itu adalah: Will adalah anak berkepala batu, yang belakangan diketahui bahwa ia mengalami hal traumatis yang membuatnya bergabung dengan berandalan, dan menghindari segala macam hubungan dengan manusia.

Ia terlalu takut untuk mencoba sesuatu, dan takut untuk menjalin hubungan dengan orang lain, karena ia takut akan ditinggalkan. Itu adalah sebuah mekanisme pertahanan diri, kata Sean.

Film ini mengajarkan:
1) Semua orang takut untuk gagal, tetapi setidaknya mereka telah mencoba. Jangan takut berusaha.
2) Kecerdasan setiap orang berbeda-beda. Ada kalanya orang pintar di bidang akademis, tapi bidang lainnya tidak. Will mengalami hal ini.
3) Penyakit mental lebih mengerikan daripada penyakit jasmani. Mereka terus menggerogotimu. Temukan penyebabnya dan sembuhkan.
4) Banyak lagi. Nonton aja

Oh satu lagi. Karena settingannya banyak di komunitas jalanan, jadi jangan kaget kalo sering mendengar kata-kata F***— Dijamin nggak nyesel!!!

School Ties

ST

Starring        :       Brendan Fraser, Matt Damon, Chris O’Donnell, Ben Affleck, Randall Batinkoff, Andrew Lowery
Directed by  :     Robert Mandel, Buddy Joe Hooker
Produced by:     Danton Rissner, Sherry Lansing, Stanley R. Jaffe
Genre            : Drama
Hmm, asyiknya bernostalgia….

Bagi para penggemar Brendan Fraser, atau Matt Damon, pasti udah pernah nonton film garapan tahun 1992 ini. Wuih, mereka masih muda banget bok! Gak nyangka waktu aku masih bayi, mereka udah main dan nggak kalah seruuuu!

School Ties bersetting di Amerika, di saat diskriminasi masih dapat tercium di mana-mana. Fraser berperan sebagai David Green, seorang Yahudi, yang mendapat beasiswa masuk ke sebuah SMA selama satu tahun. Dengan begitu, ia bisa meneruskan ke Havard. Nah di SMA inilah, semua hal terjadi.

Dulu, menjadi seorang Yahudi di Amerika sangat tidak mengenakkan. Diejek di mana-mana, berkelahi di mana-mana, terkucilkan…. David Green pun mengalami hal ini. Makanya, di SMA barunya, dia memilih untuk tidak memberitahukan identitasnya sebagai Yahudi itu ke sohib-sohibnya.

David Green mudah bergaul. Dan dia mendapat banyak teman yang baik. Teman sekamarnya: xxxx, sangat perhatian padanya. Rival sekaligus sahabat di permainan football: Dillon (Matt Damon) juga kompak abis sama David Green. McGrevin, seorang pengatur strategi football, juga turut memeriahkan suasana. Rasanya mustahil banget persahabatan mereka bisa pecah.

Tapi, sayangnya, itulah yang terjadi. Konflik antara David Green dan Dillon menjadi bumbu utama. David Green merebut posisinya sebagai quarterback. Otomatis Dillon geram, tapi dia menahan dirinya meskipun pelatih terus mendorongnya. Di pertandingan final, kakak Dillon dianugerahi pemain terbaik di kalangan alumni, tapi Dillon tidak. Tentu saja hal ini makin membebani pikirannya.

Hingga di sebuah perta kemenangan tim football, seorang guru bodoh keceplosan mengatakan bahwa David Green itu adalah seorang Yahudi. Di sinilah senyum licik Dillon mulai terlihat, dia mendatangi Dillon di luar yang sedang berdansa dengan…. “Cewek Dillon!!!” Ya ampun, David Green tega banget sih mengambil punya orang lain….

Dillon tambah ngamuk. Dia menyusun strategi balas dendam. Dia mengatakan yang sebenarnya pada teman-temannya soal ke-Yahudian David Green itu, dan sejak saat itu hidup David Green nggak akan sama lagi.

Ditinggalin ceweknya, diancam oleh yang-dulu-adalah teman-temannya. Sampai-sampai dituduh mencontek pada saat ujian dan terancam dipulangkan!! And guess what? Ini semua adalah ulah Dillon!!

Cerita tambahan juga ada. Misalnya McGrevin pernah punya masalah dengan duru kejam yang mengajar bahasa Perancis. Di kelas, ia selalu menjadi bulan-bulanan sampai suatu hari ia tidak tahan dam mengangis ke luar kelas. Sampai malam ia tidak kembali ke asrama, dan akhirnya ketemu di ruang kelas Perancis sedang ngomong-ngomong sendiri pake bahasa Perancis seperti orang gila. Kasian….

Akhirnya dia bener-bener gila. T_T

Fiuh… Nonton film ini tetap menyenangkan, walaupun produksinya masih kuno banget. Ceritanya bermakna sih.

Brendan Fraser sangat meyakinkan di film ini. Dia membawakan seseorang yang menanggung beban, sederhana, dan gigih. Matt Damon…. Yaah, lumayan…. Dengan melakonkan seseorang yang harga dirinya terampas, lagi dan lagi oleh seorang Yahudi, menurutku dia patut mendapat simpati. Tapi permainannya biasa aja, nggak terlalu meninggalkan kesan. Sayang banget, padahal dia tokoh yang turut memegang andil.

Anyway, nice shots!

MD
Matt Damon, percaya nggak? :b

Ocean’s Thirteen

o13

Genres: Action/Adventure, Thriller, Crime/Gangster and Sequel
Starring: George Clooney, Ellen Barkin, Matt Damon, Brad Pitt, Andy Garcia, Al Pacino
Directed by: Steven Soderbergh

Masih ingat aksi geng Ocean merampok bank dengan cara yang lihai di Ocean’s Eleven? Atau permainan kucing-kucingan dengan Benedict, Toulour, dan Detektif Lahiri di Ocean’s Twelve? Yap, ini adalah seri ketiga dari trilogi geng kriminal Danny Ocean (Clooney), Rusty Ryan (Pitt), dan Linus Caldwell (Damon).

Film ini konon dimaksudkan untuk mendongkrak pemasukan setelah seri keduanya dianggap “kurang sukses” dibandingkan seri pertamanya. Saya nggak ngerti kenapa, padahal menurut saya Ocean’s Twelve adalah seri Ocean yang paling seru. Di sana banyak kejutan dan kita tidak bisa menebak-nebak apa yang bakal terjadi. Tapi yah, Ocean’s Eleven memang menang karena teknik kriminal yang dipakai lebih menegangkan.

Oke! Mari bicara tentang Ocean’s Thirteen.

Andy Garcia sebagai Terry Bennedict masih berperan dalam film ini. Ditambah lagi ada Al Pacino yang memerankan Willy Bank—orang yang berduit, tercemin dalam namanya—yang merupakan target perampokan kelompok Ocean. Toulour, pencuri handal dari Perancis juga masih saja mengekor gerak-gerik Ocean dan kawan-kawan. Sayang sekali Julia Roberts dan Catherine Zeta-Jones nggak ikutan nimbrung, padahal mereka memegang peranan penting di seri ke-2. Dan, tentu saja, geng Ocean masih eksis di sini.

Dimulai dari perjanjian bisnis antara Willy Bank dan Reuben, salah satu anggota kelompok Ocean. Willy terkenal licik dalam berbisnis, dan dia melakukannya pada Reuben. Setelah kontrak ditandatangani, yang ada malah kerugian total di pihak Reuben. Tentu saja Reuben tidak terima tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Bisnisnya kandas, dan dia kena stroke.

Mengutip pernyataan Willy Bank sebelum perampokan: “Well, I don’t lose. People who bet I’d be to lose, lose. And they lose big. You commit me, you better know, I move quick. And when i do, I slice, like a god damn hammer.”

Di sinilah latar belakang kenapa Danny Ocean ingin merampok Willy. Mengetahui teman berharganya menderita gara-gara ditipu, dia mengancam akan membalas Willy dengan hal setimpal. Danny ingin membuat kasino yang dikelola Willy rugi, atau bangkrut, atau pailit, terserah pokoknya demi memperjuangkan hak Reuben.

Tidak mudah lho, membobol kasino milik Willy. Mungkin kasino Willy adalah kasino paling aman di Las Vegas. Dilengkapi dengan pendeteksi panas, pendeteksi kebohongan, pendeteksi macam-macam. Apalagi sistem keamanannya tergolong yang paling ampuh. Tidak bisak disusupi, di-hack, belum ada di pasaran.

Film kali ini rumit, benar. Perlu ketelitian dalam perencanaan untuk misi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Misalnya: bagaimana cara mengelabuhi sistem keamanan? Bagaimana agar Willy Bank merugi, padahal selama ini kasino adalah pihak yang selalu menang? Bagaimana cara agar dapat keluar dari sana setelah misi dijalankan? Perampok amatir pasti akan menyerah duluan.

Ada banyak hal di film ini: gempa bumi ciptaan kelompok Ocean, campur tangan FBI oleh agen Caldwell (tebak siapa? yap, dia adalah ayah Linus Caldwell), pemogokan kerja di pabrik dadu di Meksiko, bla bla bla. Dan yang paling lucu adalah adegan pada saat Terry Bennedict muncul di Oprah Show karena telah menyumbang UD$72.000.000. WOW!

Kalau boleh saya menyimpulkan: Ocean’s Eleven menang dari segi teknik perampokan profesional; Ocean’s Twelve menang dari segi kejutan-kejutan; sedangkan Ocean’s Thirteen menang dari segi kerumitan perencanaan. Benar-benar sangat direkomendasikan untuk ditonton.

The Bourne Ultimatum

Starring : Matt Damon, Julie Stiles, Joan Allen, David Strathairn, Paddy Considine

Directed by : Paul Greengrass

Kyaaaaa, akhirnya bisa lihat nih movie!!!

Bourne Ultimatum merupakan seri terakhir dari trilogy The Bourne. Setelah film pertama dan kedua (The Bourne: Identity & Supremacy), movie yang dibintangi Matt Damon ini tentunya makin bertambah seru. Cinematography-nya perfect. Setting-nya juga tetap sama: berubah-ubah. Dari Moskow, Turin, Langley, London, Paris, Madrid, Tangier, dan…. New York tentunya. Dan mungkin inlah yang menjadi daya tarik The Bourne trilogy.

Jason Bourne (Matt Damon) masih berkeliaran dan dikejar-kejar oleh CIA. Di bawah komando baru, agensi intel besar itu bersikukuh bahwa Jason Bourne adalah orang berbahaya dan patut dimusjason_bournenahkan. Maka, mereka menugaskan agen-agen terbaik mereka untuk menangkap Bourne dan menghabisinya.

Tapi, (Bourne gitu loh!) tentu saja target mereka nggak akan tinggal diam. Demi menyingkap masa lalunya, dia mengambil berbagai kesempatan dalam kesempitan. Di awal cerita akan diperlihatkan seorang wartawan yang menulis tentangnya, dan sebuah misi rahasia intelligensi berkode ”Blackbriar”. Karena info ini, Bourne menemuinya dan hal itu membuat mereka dalam bahaya, karena CIA nggak akan membiarkan rahasianya terbongkar. Perburuan yang berakhir dengan tewasnya wartawan tersebut pun menghasilkan satu informasi baru yang mengantar Bourne pada Daniels, orang yang terlibat dalam Blackbriar.

Dan sebagainya… dan sebagainya…. (Lihat sendiri, kaliii)

Film ini dominan dengan adegan pelarian, kejar-kejaran, petak-umpet, adu otak dan fisik. Super tegang liatnya. Untuk adegan ”dewasa”…. kayaknya nggak terlalu. Paling cuma nol koma sekian persen. Tapi, jangan kira di film ini nggak ada unsur ”lophe-lophe”an. Waktu Jason Bourne dan Nicky Parsons jadi pelarian, suasananya jadi ”aneh” waktu mereka bicara berdua, misalnya. Sayang banget mereka nggak jadian. Tapi nggak masalah, toh bukan itu inti ceritanya. Lagian, pasti si sutradaranya sudah menyiasati supaya film terakhir ini tetap mengandung efek surprise dan nggak gampang ditebak.

Jadi, kita nggak bakal tahu endingnya sebelum liat sampai akhir. Berpikir tentang itu pun nggak akan sempat. Otak kita udah dihipnotis oleh keseriusan suasana yang sarat akan bahaya. Kita akan dituntun menyelami dunia Jason Bourne (atau David Webb, itu nama aslinya dalam cerita ini) tanpa mampu menerka-nerka apa yang akan terjadi. Tugas kita hanya duduk diam dan memelototi layar TV sampai di layar muncul tulisan ”THE END”. Dan di saat itu terjadi, kita baru sadar bahwa pantat kita pegel duduk terus selama 2 jam.

The Good Shepherd

Starring : Matt Damon, Angelina Jolie, Robert De Niro, Alec Baldwin, John Turturro

Directed by : Robert De Niro


Satu lagi koleksi film spionase terbaik sepanjang masa….the_good_shepherd

The Good Shepherd bisa dibilang menceritakan tentang perjalanan karir seorang agen CIA pada abad 19. Setting tahun berkisar antara 1930 hingga 1960-an. Memang jadul, sih. Di sini, Matt Damon berperan sebagai agen bernama Edward Wilson, yang dikenal sebagai seseorang yang tenang namun menghanyutkan. Edward yang merupakan lulusan Universitas Yale ini memulai karirnya sebagai mata-mata yang berkedok perusahaan perdagangan. Namanya sudah dikenal di berbagai pelosok badan keamanan, bahkan KGB punya sandi khusus untuk menyebut Edward dengan kode: Mother (alias Ibu).

Satu hal yang harus diperhatikan, alur yang digunakan sutradara Robert De Niro adalah alur maju-mundur. Jadi, jika ada keterangan tahun pada scene, tolong diperhatikan dan cobalah untuk merangkai kejadiannya secara runtut. Soalnya pengalaman waktu lihat film ini pertama kali, benar-benar tidak nyambung melihatnya. Apalagi nuansanya benar-benar datar, tidak beremosi. Hampir tidak ada klimaks yang dapat ditemukan. Otak kitalah yang mencerna konten dari The Good Shepherd, sudah dapat dipastikan bahwa pembuat film tidak sudi hanya menyuapi kita dengan hal-hal yang patut ataupun tidak patut kita pahami. Lihat dan rangkai, kau akan mengerti apa yang mereka maksudkan.

The Good Shepherd memperlihatkan berbagai macam ”kebusukan” yang dapat terjadi di agen intelegensi. Di sana, para agen dituntut untuk mengabdi sepenuh jiwa raga. Keluarga, kepercayaan, bahkan negara semua dipertaruhkan. Edward Wilson adalah salah satu contoh terbaik dari agen CIA yang mengalami hal tersebut.

Sebagai manusia yang berpengetahuan dan berbakat, Edward harus berhadapan dengan bermacam-macam orang dalam hidupnya. Atasan, kawan, lawan…. Dan dia merasa harus dapat membedakan mana yang dapat ia percaya, dan mana yang akan menusuknya dari belakang. Itulah pelajaran pertamanya mengenai spionase yang didapatnya. Dia selalu berkata bahwa tidak ada seorang pun yang dapat ia percaya. Hingga pada suatu saat keyakinan itu tergoyahkan oleh hati nuraninya.

Saat Edward masi kecil, ayahnya mati karena bunuh diri. Sebelum dia menembakkan pistolnya, dia berpesan pada Edward untuk tidak akan pernah membohongi seseorang. Karena jika kau berbohong, orang tidak akan mempercayaimu dan kau tidak akan lagi merasa aman bersama mereka. Kenyataan hidup yang harus dijalani Edward setelah dewasa, membuatnya melupakan wasiat tersebut.

Gimana enggak? Dia harus mengantisipasi mata-mata musuh yang menyamar, dia harus mengantisipasi segala sesuatu yang berbau konspirasi. Bagaimana dia dapat mempercayai seseorang? Keluarganya pun selalu mengkhawatirkan keadaannya yang selalu menerima telepon secara diam-diam, serius, dan super rahasia. Itulah yang membuat hubungan dengan istrinya (Angelina Jolie) memburuk, dan hubungan dengan putranya merenggang. Dia bahkan tidak mampu mempercayai kekasih putranya, dan membunuhnya sebelum sempat bertemu dengan putranya di hari pernikahan. Dia menghancurkan keluarganya sendiri, hanya semata-mata dia cinta buta pada pekerjaan untuk ”menyelamatkan nyawa Amerika”.

Film ini ditutup dengan pembacaan surat wasiat dari ayah Edward, yang belum pernah dibukan sebelumnya.

They are right what they say about me. I was weak. A coward. I compromised myself, my honor, my family, my country. I am ashamed of myself.

To my wife, I am sorry I have done this to you. To my son, I hope you grow up to be a courageous man, a good husband, a good father. I hope whatever you decide to do, you lead a good for life. I hope whatever your dreams will be come true.

Your loving husband and father.

Dan di saat itulah Edward Wilson merasa benar-benar telah mengecewakan ayahnya, dan dirinya sendiri….


Admin

Laman

Jadwal Tayang

April 2024
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Kategori

Blog Stats

  • 114.032 hits
Add to Technorati Favorites